1. Shoyu
Sejarah:
Shoyu (secara resmi fermentasi Paste Oil); kecap yang dibuat dari kombinasi kedelai, gandum, ragi dan air asin, merupakan bumbu klasik dalam masakan Jepang.
Shoyu, dalam bentuk primitif, berasal dari Cina; Itu disebut Jiang (Sho atau Hishio oleh pengucapan Jepang untuk karakter kanjinya) dan catatan paling awal dari produksi diperkirakan sekitar 25-225 Masehi Sho adalah pasta dengan tekstur mirip dengan bubur atau jus apel; itu pertama kali dibuat dari fermentasi jenis ikan cincang dengan millet malt, garam, dan alkohol.
Penggunaan dipilih pertama dari kedelai untuk disetujui diumumkan sekitar 3 masehi, dan dari sini, Sho hanya digunakan untuk melengkapi pada campuran yang memuat kedelai karena menerima tanggapan yang menguntungkan dibandingkan dengan iterasi sebelumnya. Berkembangnya zaman, ikan betul-betul dihilangkan dan Sho berkembang menjadi betul-betul bersahabat, dan akibatnya, dengan penghapusan tidak hewani, itu dianggap ideal untuk digunakan untuk menerima Buddha yang tidak dibutuhkan daging.
Pertama kali tiba di Jepang sekitar 500 Masehi, bersama-sama memperkenalkan Buddhisme ke Jepang dari Cina. Dipromosikan secara luas untuk digunakan untuk menyetujui bumbu berdasarkan kecap ikan karena dekrit Imperial oleh Kaisar selama abad ke-7, termasuk semua konsumsi daging (kecuali ikan dan burung) untuk disempurnakan dengan pengajaran-ajaran Buddha; Jepang menerapkannya untuk 1.100 tahun ke depan. Selama periode populer pada abad ke-10, Sho bercabang ke jalan yang berbeda, dengan lebih banyak pasta seperti Sho berkembang menjadi Miso, sedangkan jenis cairan Sho berkembang menjadi shoyu. Dari atas; Shoyu telah menjadi bumbu pokok untuk pola makan Jepang, dan beristirahat, seperti yang bisa kita katakan, adalah sejarah.
Shoyu biasanya dibuat dengan menggunakan kedelai kukus, gandum panggang, Koji (agi / ragi), air asin, dan kadang-kadang alkohol. Bahan campuran bersama-sama dan disimpan di ruangan khusus yang disebut Koji Muro, yang biasa-biasa saja dan dingin, untuk sekitar 6 hingga 12 bulan (tergantung pada rasa yang diinginkan). Isi waktu sudah matang, isi kemudian disaring dan cairan dikemas dan dijual sebagai shoyu! Namun, proses tersebut di atas adalah proses yang panjang dan melelahkan, sehingga sebagian besar perusahaan modern yang lebih memilih proses kimia sederhana dengan mencampur kedelai dengan sereal diformulasikan khusus dan asam untuk menghasilkan shoyu.
Dengan kemajuan masyarakat yang lebih sadar akan kesehatan, variasi baru dan sehat telah dikembangkan. Variasi yang sehat diberi nama Usujio (As / Ringan Asin) dan Gen'en (mengurangi garam) yang masing-masing memiliki 20% dan 50% lebih sedikit garam dibandingkan dengan rekan-rekan tradisional mereka. variasi modern lainnya bahkan termasuk shoyu dengan rasa, seperti yang diresapi dengan kombu, jeruk, dan bahkan Jalapenos! Masa depan kecap Jepang disetujui benar-benar cerah, dan kita tidak bisa menunggu untuk melihat apa lagi inovasinya di masa depan.
Kandungan gizi :
Kalori 10 Sodium 720 mg
Total Lemak 0 g Kalium - mg
Jenuh 0 g Total Karbohidrat 1 g
Tidak jenuh ganda 0 g Serat Makanan - g
Tidak jenuh tunggal 0 g Gula - g
Trans 0 g Protein 1 g
Kolesterol 0 mg
Vitamin A -% Kalsium -%
Vitamin C -% Besi -%
Fungsi:
Dalam masakan, shoyu biasa digunakan untuk membuat sukiyaki, yakiniku, sashimi, atau sushi. Terkadang, shoyu juga digunakan untuk merendam daging.
2. Mirin
Sejarah:
Asal-usulnya mirin adalah minuman keras mahal dengan rasa manis yang sering diminum pada zaman Edo sebelum orang Jepang meminum jenis sake seperti yang diminum sekarang ini.
Ada beberapa pendapat tentang asal usul mirin yang semuanya tidak dapat dibuktikan kebenarannya:
Mirin berasal dari minuman keras dengan rasa manis asal Tiongkok disebut meirin yang diperkenalkan di Jepang pada zaman Sengoku. Mirin sudah ada sejak jaman dulu di Jepang, asalnya dari sake berasa manis yang ditambah minuman keras hasil fermentasi yang disebut shochu yang dibuat tidak lekas busuk.
Penggunaan kata mirin pertama kali ditemukan dalam buku catatan harian Komai-nikki yang ditulis pada tahun 1593, sedangkan cara pembuatan mirin ditemukan dalam Honchō shokkan yang ditulis pada tahun 1695.
Menggunakan mirin sebagai sosis makanan yang dipanggang (kabayaki) baru dimulai sejak pertengahan zaman Edo.
Kandungan gizi :
Kalori membantu 40
(167 kJ)
Kalori dari bantuan lemak 0% Nilai Harian 1
Total bantuan Lemak : 0g
Bantuan Trans Fat : 0g
Kolesterol membantu : 0mg
Sodium : 15mg
Total Karbohidrat : 10g
Gula membantu : 9g
Bantuan protein : 0g
Fungsi:
Pada masakan, mirin bermanfaat untuk mengurangi bau amis daging atau ikan dan menambah rasa manis serta aroma harum pada masakan. Selain itu, mirin juga sering digunakan sebagai campuran dalam pembuatan saus kabayaki, saus soba, saus tentsuyu, dan saus teriyaki. Mirin juga sering dicampurkan ke dalam rebusan sayur atau daging. Bagi Anda yang muslim, tidak disarankan mengonsumsi makanan Jepang yang mengandung mirin ya, karena bahan ini tergolong nonhalal.
3. Sake
History :
Orang-orang Jepang sudah lama menikmati sake, semenjak 2000 tahun silam. Sake pertama kali dibawa masuk dari Cina, bersamaan dengan teknik penanaman padi basah. Sekarang, Anda akan dapat melihatnya di kuil-kuil, pesta-pesta hanami, dan tentu saja meja makan. Tanpa ragu lagi, budaya sake adalah budaya Jepang.
Anda mungkin sudah menonton film keluaran Studio Ghibli tahun 2016, Kimi no Na Wa. Di salah satu adegannya, sang tokoh utama terlihat sedang mengunyah beras dan membungkus 'produk akhirnya' di sebuah sake masu kayu (tonton di sini). Setelah beberapa saat, campuran itu berubah menjadi sake. Nyatanya, kurang lebih adegan ini menggambarkan bagaimana sake dibuat selama berabad-abad ini. Disebut dengan istilah 'kuchikami no sake' atau sake yang dikunyah, proses ini mengandalkan enzim pada air liur manusia untuk memecah pati dalam padi menjadi gula, yang nantinya membuat ragi berfermentasi menjadi alkohol. Tanpa mengunyah padinya, mungkin tidak akan ada yang namanya sake!
Penemuan cetakan Koji semasa Periode Nara (710-794) benar-benar mengubah proses pembuatan sake. Koji sekarang mengambil alih peran enzim dalam air liur, dan aspek inilah yang membuat proses pembuatan sake tetap ada hingga sekarang.
Dulu, sake dibuat sepenuhnya sebagai persembahan untuk para dewa, dan kuil-kuil menjadi termpat utama pembuatan sake selama berabad-abad (coba pikirkan biara-biara membuat minuman-minuman beralkohol di Eropa).
Ketika peraturan baru diterapkan pada era Restorasi Meiji (1868-1912), yang memperbolehkan siapapun dengan sumber daya yang memadai serta pengetahuan membuka tempat pembuatan sake sendiri, sake menjadi andalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari di Jepang.
Tetap saja, sake masih dikaitkan erat dengan saat-saat upacara, seperti festival dan ritual-ritual Shinto. Berikuta adalah tiga acara di mana sake membawa peran penting dalam upacara istimewa:
Kagami Biraki
Inilah di mana sake disimpan di dalam sebuah tong kayu kecil yang tutupnya akan dihancurkan oleh martil kayu. Secara harfiah berarti 'memecahkan kaca', ritual ini mewakili harapan akan masa yang baru. Sake nantinya akan disendokkan dari tong pada wadah-wadah kecil yang dibagi-bagikan ke para tamu.
Acara-acara pernikahan
Dalam pernikahan Shinto tradisional, sang mempelai pria dan wanita akan bertukar tiga cangkir sake yang disebut omiki, alih-alih bertukar cincin.
Tahun Baru
Secara tradisional, orang-orang akan merayakan tahun baru dengan berbagi minuman alkohol medis yang dibuat dari herba-herba alami yang direndam di dalam sake atau mirin, yang disebut dengan 'Toso'.
Seperti yang sudah Anda lihat, sake adalah teman yang sangat dicintai dan penting bagi orang-orang Jepang. Baik untuk kehidupan sehari-hari ataupun acara-acara khusus, Anda akan mendengan orang-orang berteriak 'Kampai!', selagi mengangkat gelas mereka dalam perayaan.
Nutrient Content :
Serving Size 100 g
Amount Per Serving
Calories 134g
Total Fat 0g
Sodium 2mg
Total Carbohydrate 5
Dietary Fiber 0g
Sugar 0g
Protein 0.5g
Vitamin A 0 %
Vitamin C 0 %
Calcium 0 %
Iron 1 %
Function :
Manfaat minuman yang dibuat dari fermentasi beras ini bagi tubuh adalah memberikan rasa hangat seketika saat cuaca dingin melanda. Karena itulah tercipta jenis sake hangat atau atsukan yang memang dikonsumsi saat musim dingin.
Selain sebagai minuman, sake juga bermanfaat sebagai bahan masakan. Biasanya sake dijadikan bumbu untuk memperlezat rasa makanan. Jika OpenRicers mencicipi masakan Jepang tentulah menemukan rasa yang unik. Hal tersebut dipengaruhi dari pemakaian sake yang dikombinasi dengan mirin (sake manis). Sake memang menjadi bumbu utama di setiap masakan Jepang.
Sake juga menjadi salah satu minuman yang amat diagungkan lantaran sering disajikan dalam upacara adat. Seperti salah satu ritual pemurnian Shinto, upacara pernikahan, upacara kagami biraki dan upacara adat lainnya. Selain itu sake ternyata juga digunakan sebagai alat bersosialisasi. Di Jepang, seorang karyawan biasa mengajak rekan-rekannya untuk minum-minum dahulu sebelum pulang ke rumah. Bahkan, jika ada promosi jabatan, minum sake adalah cara mereka merayakannya. Begitulah cara orang Jepang melakukan harmonisasi di lingkungan kerja. Pemandangan yang lumrah terjadi di Jepang saat jam pulang kerja, seseorang pulang dalam keadaan mabuk.
Apalagi di saat merayakan suatu momen khusus, sake yang disajikan juga sake khusus yang disebut Toso. Merupakan Iwai Zake (sake perayaan) yang dibuat dengan merendam tososan, suatu obat bubuk cina ke dalam sake selama semalaman. Jepang memang selalu mampu menciptakan budaya yang unik, bahkan mampu melestarikannya tanpa terpengaruh budaya luar, termasuk tata cara minum sake. Seperti apa cara orang Jepang saat meminum sake, simak cerita selanjutnya ya OpenRicers, tata cara minum sake dalam acara formal. Bagaimana OpenRicers sake tetap bermanfaat bukan jika dikonsumsi dengan bijak.